Monday 11 February 2013

Analisis Jangka Panjang Budidaya Ikan Gurami

Dalam menentukan kelayakan suatu usaha perlu dilakukan analisis jangka panjang yang meliputi Net Present Value (NPV), Net B/C, IRR (Internal Rate of Return), Payback Periode dan analisis sensitivitas.

a) Net Present Value (NPV)

Setelah nilai Net Benefit (B–C) masing–masing didiskontokan pada ting-kat discount rate 16%, selanjutnya nilai NPV dihitung dari total PVGB dikurangi total PVGC dan diperoleh nilai NPV dalam kondisi normal untuk usaha budidaya ikan gurami sebesar Rp. 287.501.653. Sedangkan usaha budidaya ikan nila diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 510.422.496. Nilai NPV tersebut lebih besar dari satu dan lebih besar dari inves-tasi awal sehingga usaha tersebut me-nguntungkan dan layak untuk diteruskan.

b) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Dari hasil perhitungan pada kon-disi normal diperoleh nilai Net Benefit (B–C) untuk ikan gurami sebesar 5,91 dan untuk ikan nila sebesar 3,5. Nilai Net B/C tersebut lebih besar dari satu sehingga kedua usaha tersebut layak untuk dijalankan.

c) Internal Rate of Return (IRR)

Dari perhitungan diketahui nilai IRR pada kondisi normal baik untuk usaha ikan gurami maupun usaha budidaya ikan nila lebih besar dari bunga pinjaman yang berlaku saat ini yaitu 16 %. Nilai IRR tersebut masing – masing adalah 125,71 % dan 75,73 %. Jadi usaha tersebut layak untuk dijalankan.

d) Payback Periode (PP)

Setelah dilakukan perhitungan diperoleh nilai payback period (PP) untuk ikan gurami adalah 2,17 tahun dan untuk usaha ikan nila nilai PP adalah 4,25 tahun yang mana kedua nilai PP tersebut lebih kecil dari PP maximum yaitu 6,25 tahun, sehingga dari segi pengembalian modal, usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila masih tetap layak untuk diusahakan. 

e) Analisis Sensitivitas

Di dalam analisis sensitivitas ini digunakan beberapa asumsi perubahan kondisi usaha selama dijalankan yang be-rupa kenaikan biaya dan penurunan gross benefit yang tujuannya untuk mengetahui bagaimana pengaruh usaha tersebut atau untuk mengetahui kepekaan suatu pro-yek terhadap perubahan yang mungkin terjadi di masa mendatang.

Asumsi biaya naik sebesar 25% pada tahun 2005 – 2014

Asumsi biaya naik 25 % dida-sarkan pada tahun 2005 kondisi pere-konomian nasional yang masih belum normal karena banyak peristiwa yang terjadi di Indonesia sehingga sebagian besar biaya operasional mengalami kenaikan. Hasil perhitungan pada usa-ha budidaya ikan gurami di-peroleh nilai NPV Rp 211.801.826; Net B/C 4,35; IRR 92,99% dan Payback Periode 3,22 tahun.

Sedangkan untuk usaha ikan nila diperoleh nilai NPVRp.442.153.268; Net B/C 3,033724888 ; IRR 65,4% dan PP 5,21 tahun. Dari nilai – nilai tersebut diketahui bahwa baik usaha budidaya ikan gurami maupun ikan nila masih tetap layak untuk dija-lankan meskipun terjadi inflasi (kena-ikan) biaya 25% per tahun.

Asumsi Gross Benefit turun 10% pada tahun 2005 – 2014

Penentuan asumsi Gross Benefit turun 10% karena sejak terjadi banyak peristiwa yang ada di Indonesia baik bencana alam maupun yang lainnya mengakibatkan daya beli masyarakat terhadap komoditi ikan menurun, se-hingga penjualan usaha perikanan me-ngalami penurunan. Dari hasil perhi-tungan pada usaha budidaya ikan gurami didapat nilai NPV Rp. 228.464.186,32 ; Net B/C 4,7 ; IRR 99,97 % dan PP 2,88 tahun.

Sedangkan pada usaha ikan nila didapat nilai NPV Rp.432.065.184 ; Net B/C 2,964508 ; IRR 63,81 % dan PP 5,4 tahun. Dari nilai–nilai tersebut ternyata baik usaha budidaya ikan gurami maupun ikan nila masih tetap layak untuk dijalankan. 

Asumsi biaya naik 25% dan Gross Benefit turun 10% pada tahun 2005–2014

Untuk melihat tingkat kepe-kaan dari usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila bila terjadi kemungkinan yang sangat buruk ditentukan asumsi dari gabungan antara biaya naik 25% dan Gross Benefit turun 10%. Dari perhitungan diketahui untuk usaha budidaya ikan gurami mempunyai nilai NPV Rp. 152.764.359,90 ; Net B/C 3,14 ; IRR 66,22 % dan PP 5,04 tahun. Sedangkan ikan nila mem-punyai nilai NPV Rp. 363.795.956 ; Net B/C 2,496 ; IRR 53,25 % dan PP 7,1 tahun nilai ini melebihi kondisi Payback Periode maksimum, sehingga secara perhitungan usaha ikan nila tidak layak untuk dilanjutkan dalam kondisi biaya naik 25% dan benefit turun 10%. 

Nilai – nilai tersebut diatas yakni NPV, Net B/C ternyata lebih besar dari satu, IRR lebih besar dari suku bunga pinjaman bank yaitu 16% dan Payback Periode lebih kecil dari Payback Periode maksimum, sehingga usaha tersebut masih tetap layak untuk dilanjutkan meskipun terjadi kenaikan biaya melebihi 25% dan Gross Benefit turun melebihi 10%. Mengacu pada nilai tersebut menun-jukkan sensitivitas usaha ini cukup tinggi artinya usaha ini mempunyai toleransi cukup tinggi terhadap goncangan akibat biaya naik ataupun pengurangan benefit (laba). Jadi usaha budidaya ikan gurami dan ikan nila dilihat dari aspek finansial masih tetap layak untuk tahun- tahun mendatang.

No comments:

Post a Comment